MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
OLEH
RAZI HANDOYO
NPM: 15111924
JURUSAN SISTEM INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan
kepada Allah swt, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah
ini saya membahas mengenai mengubah artikel menjadi makalah.
Makalah ini dibuat dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita sekalian.
Depok, 29 November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………..ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………iii
BAB 1: Pendahuluan……………………………………………………………………………………………..1
BAB 2: Pembahasan……………………………………………………………………………………………..2
BAB 3: Kesimpulan dan Saran……………………………………………………………………………….7
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………8
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan kita tidak terlepas dari adanya bisnis, bisnis
adalah kegiatan manusia untuk mendapatkan uang. Bisnis bisa berupa barang
maupun jasa. Seorang pebisnis biasanya adalah orang yang sangat jeli melihat
peluang yang ada. banyak sekali disekeliling kita yang bisa dijadikan lahan
bisnis, misalnya saja sampah. Dari sampah saja kita bisa mendapatkan
keuntungan, nah di makalah ini penulis akan menjelaskan peluang bisnis dari
sampah-sampah tersebut. Manfaat yang anda peroleh dari makalah ini adalah
pemikiran anda akan terbuka mengenai bisnis dan anda dengan tekat yang kuat
anda akan tertarik untuk berwirausaha.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah itu wirausaha?
2.
Apa saja jenis-jenis sampah?
3.
Apakah sampah bisa dijadikan bisnis?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan
apa itu wirausaha.
2. Menjelaskan
jenis-jenis sampah.
3. Menjelaskan
sampah bisa dijadikan bisnis.
BAB
2
PEMBAHASAN
KOMPAS.com - Kewirausahaan pada
dasarnya adalah kegiatan perubahan. Dan perubahan dengan basis kewirausahaan
berawal dari pandangan bahwa setiap masalah adalah peluang.
Jadi
kalau Anda suka dengan perubahan, cobalah melakukannya dengan memecahkan
masalah sampah di lokasi Anda tinggal. Semua masalah perubahan ada di sana: Ya
kebiasaan, masalah sosial, mindset, resistensi warga, permainan oknum aparat
pemda, keterlibatan agen-agen perubahan, sampai pengorbanan, biaya dan
kreativitas untuk menjadikannya peluang usaha.
Jadi
ini bukan hanya masalah gubernur DKI yang lagi mumet mengatasi banjir dan
kemacetan lalu lintas di DKI. Ini masalah semua orang lain dari Pelabuhan
Malahayati di Banda Aceh,Sinabang di Pulau Siemeleu, Danau Toba, Pantai Kuta,
Banjarmasin, Danau Jikumerasa di Pulau Buru sampai Manado dan Merauke. Semua
kota, danau dan sungai-sungai itu telah tercemar oleh sampah. Dan yang
terbanyak adalah botol plastik AMDK dan sachet shampoo.
Bila
dulu 80 persen sampah adalah organik, kini sebaliknya, 80 persen sampah adalah
plastik dan kemasan anorganik yang sulit diurai oleh tanah. Padahal semua itu
adalah biomas, bahan bakar yang bisa dipakai buat menggerakkan PLTU, dan
tungku-tungku api di berbagai pabrik yang kalorinya hanya berbeda 10-20 persen
dari batubara.
Sampah Pasar
Harus
diakui metode penanganan sampah kita tak ada kemajuan sejak 40 tahun yang lalu
meski UU pengolahan sampah sudah harus dijalankan. Sejak 40 tahun yang silam,
semua pemda hanya fokus menyangkut sampah dari pasar, yaitu pasar tradisional
ke TPA yang terbuka.
Ya,
hanya di pasar becek itulah kita menemukan bak besar penanganan sampah. Itupun
hanya satu-dua buah bak sampah. Warga masyarakat yang tak punya tempat
pembuangan pun mengorganisir diri. Membayar lewat RT/RW yang lalu mencari orang
yang biasa mengangkut dengan gerobak dorong. Di sana Pemda absen, atau
membiarkannya menjadi obyekan para oknum.
Sampah-sampah
itu dibuang ke dalam bak semen yang terletak di bagian luar rumah, lalu petugas
menyeroknya dengan menggunakan garpu besar dan pacul. Karena bingung, maka
mereka pun mencari lahan-lahan kosong yang bisa dijadikan area pembuangan.
Biasanya di tepi kali. Kalau hujan turun, sampah pun hanyut, lalu menumpuk di
muara (Jakarta). Sebab kalau membuang di bak pasar, mereka dikenakan ongkos
oleh mantri pasar.
Di
pasar sendiri, daya tampungnya semakin hari semakin tak memadai. Ratusan orang
bersepeda motor, setiap hari membuang satu-dua kantong plastik berisi sampah
dari kampung-kampung yang tak mempunyai sistem pengangkutan sampah.
Jadi
700 truk angkut sampah di DKI itu adalah pengangkut sampah pasar saja. Lantas
siapa yang mengani sampah di wilayah perumahan?
Ketua
RT/RW yang cerdik pun mencari akal mendekati mobil-mobil dinas kebersihan milik
pemda. Mereka melakukan deal. Keputusannya, sampah diangkut setiap hari.
Masalahnya,
sekarang jalan-jalan semakin macet. Jam untuk perjalanan truk keluar-masuk dalam
kota kini dibatasi. Di TPA pun truk-truk sampah harus antri, macet. Akibatnya
truk-truk itu semakin lamban beroprasi dan sampah di daerah perumahan semakin
tak terurus. Dari tiga rit zaman dulu, kini truk-truk sampah hanya bisa
mengangkut satu rit sampah sehari.
Tapi
tahukah anda, masih ada satu masalah lagi: bak semen. Ini bak sampah yang ada
di depan rumah-rumah kita. Bak itu tak bisa diangkat seperti layaknya bak-bak
pelastik. Jadi perlu waktu untuk memindahkannya ke dalam truk.
Seorang
teman pernah berhitung. Ternyata perlu waktu 6 menit untuk mengorek habis
sampahnya dan diangkut. Jadi dengan perjalanan keliling perumahan, dalam 1 Jam,
paling banyak hanya sampah dari 10 buah rumah yang bisa diangkut. Kalau petugas
beroperasi 4 jam, artinya hanya separuh RT (40 KK) yang sampahnya bisa
diangkut. Sekarang anda mengerti bukan, mengapa sampah-sampah anda hanya
diangkat seminggu sekali.
Dan
kalau satu rumah membayar Rp 30.000 (sebulan) untuk biaya kebersihan, berarti
untuk satu RT (80 KK) hanya didapat Rp 2,4 juta sebulan atau Rp 80.000 per
hari. Ini jelas tak menarik bagi petugas yang ngobyek atau bisnis angkutan yang
menggunakan truk. Kalau satu RW saja ada 800 warga, berarti didapat Rp 24 juta.
Itupun 10 persen warga biasanya tak mau membayar. Namun kalau perumahan kelas
menengah, biasanya bersedia membayar lebih.
Nah
ongkos sewa truk saja sebulan bisa mencapai Rp 10 juta, belum termasuk biaya
bensin, upah buruh, dan ongkos buang. Itupun tidak bisa setiap hari diangkut.
Jadi bayangkanlah, apa yang akan dilakukan masyarakat selain membuang sampahnya
ke tanah-tanah kosong di tepi-tepi kali?
Bisnis Sampah
Sekitar
sepuluh tahun yang lalu Rumah Perubahan pernah menaruh perhatian yang serius
terhadap masalah sampah. Kami memperkenalkan wirausaha-wirausaha baru yang
mengolah sampah lingkungan. Salah satunya berhasil membuat mesin pencacah skala
satu kelurahan.
Tetapi
masalahnya, diperlukan change management yang kuat untuk menjalankannya. Namun
sebagian pengusaha cenderung tak berani melakukannya. Mereka hanya melakukan
business as usual.
Jadi,
pertama, harus ada keinginan dari warga agar sampahnya diurus orang lain, namun
mereka harus rela membayar biayanya.
Kedua,
bak-bak semen harus diganti dengan ember-ember plastik besar dengan cara lima –
enam rumah memakai satu bak sampah besar. Ketiga, sampah-sampah itu diangkut
dengan baktor yang biaya angkutnya murah dan bisa menembus kampung,
Keempat,
harus ada sepetak tanah ukuran sekitar 100 meter persegi yang dialokasikan
untuk mengolah sampah masyarakat untuk mencacah dan memilah.
Dan kelima harus ada wirausaha yang
mau mengotori tangan menjalankan bisnis ini.
Nah, dimana Change-nya?
Begini.
Saat program dimulai Anda akan bertemu banyak hambatan. Ada warga yang tak mau
membayar, lebih senang membuang secara cuma-cuma daripada diurus orang lain.
Ada banyak orang yang tak ingin bak semennya diganti, dan kalau diganti bak
plastik, mereka tak ingin bak itu ditaruh di depan rumah mereka.
Anda
mungkin akan menemukan bak-bak itu hilang digotong orang, atau sampah dan bak
plastiknya dibakar orang-orang tertentu. Ketika kucing atau pemulung
mengorek-ngorek sampah dan berceceran di luar bak, mereka yang depan rumahnya
dijadikan tempat peletakkan bak plastik bersma a mudah tersinggung dan minta
agar bak itu dipindahkan. Setelah itu Anda akan bertemu dengan ketua-ketua RT
yang minta bagian uang sampah, bahkan mereka minta hak untuk mengumpulkannya,
tetapi seringkali menunggak penyerahannya kepada Anda.
Ini
baru sedikit masalah. Setelah itu Anda akan diprotes warga yang tinggal di dekat
tempat pengolahan sampah. Mereka akan mengatakan “Sampah ini bau” dan
mengganggu keluarga mereka. Mereka juga menuding, air tanahnya tercemar. Di
tambah lagi, akan datang aparat dari kecamatan atau kotamadya yang
mempersoalkan “izin pengelolaan sampah” yang tak pernah Anda ketahui.
Tapi
jangan berkecil hati. Semua itu ada solusinya. Saya sendiri sudah menjalakannya
dan melewati masa-masa yang lebih sulit dari yang bisa diceritakan. Dan jangan
lupa, di balik itu semua ada peluang bisnis yang besar. Bau yang menyengat pun
tak terjadi. Semua bisa diatasi asal anda tekun.
Baru-baru
ini Rumah Perubahan kedatangan direksi dan manajemen PD Pasar Jaya. Dari
pertemuan itu saya mendengar, setiap hari Pasar Jaya menghasilkan ratusan ton
sampah dan setiap meter kubiknya dipungut bayaran yang terus meningkat. Saat
ini biaya angkutnya sudah Rp. 40.000 ,- per meter kubik, padahal dua tahun lalu
masih Rp. 5.000,-.
Bisnis
angkat sampah sendiri telah tumbuh menjadi usaha yang amat besar. Namun Pasar
Jaya punya peluang besar untuk menghemat. Kalau di lokasi pembuangan disediakan
mesin pencacah, maka kubikasinya pun akan jauh berkurang. Apalagi bila sampah
itu disaring, dan dipisahkan antara organik dan plastik.
Bila
sampah anorganik tak mau diolah lagi, sampah itu bisa dipres menjadi
batangan-batangan sebesar batu bata yang bisa diperdagangkan kepada
industri-industri yang butuh bahan bakar dalam jumlah besar.
Gerakan-gerakan
untuk mengubah sampah plastik menjadi lahan bisnis belakangan muncul di
berbagai penjuru dunia. Di Washington, misalnya, pada tahun 2009 didirikan
Envion, dengan nilai investasi 5 juta dolar. Envion setiap tahun mengonversi
6.000 ton sampah plastik menjadi sejuta barel cairan setara minyak bumi yang
siap digunakan sebagai pencampur BBM.
Di
Kanada, JBI juga didirikan dengan plastic2oil (P2O) technology. Mereka
mengklaim usaha konversi sampah plastik itu sebagai usaha yang ultra clean, low
sulphur fuel, sehingga tidak memerlukan pengolahan, pengilangan atau
pembersihan plastik yang belum tersortir.
Di
India, seorang anak sekolah juga telah berhasil membuat alat sederhana untuk
mengubah sampah plastik menjadi BBM. Hanya saja keekonomiannya belum
didapatkan. Masih dibutuhkan skala usaha besar untuk menghasilkan kegiatan
ekonomi itu.
Di
Filipina, kesadaran untuk bertempur melawan wabah sampah plastik telah
mendorong para insinyur menemukan cara baru untuk mengatasinya. Jayme Navarro,
penemu itu bahkan telah mengkomersialkannya dan mendapat sambutan yang besar.
Dari
Jepang, sebuah video belum lama ini dikeluarkan oleh United Nations University
tentang temuan yang telah berhasil dilakukan insinyur-insinyur Jepang. Hanya
saja basisnya adalah plastik-palstik bersih yang telah disortir.
Harga
mesinnya yang berkapasitas kecil hanya Rp 130 juta, sedangkan yang besar Rp.
1,7 miliar. Temuan serupa juga telah dilakukan di Taiwan. Tentu saja semua ini
membutuhkan support dari pemerintah, apakah ingin terus mensubsidi
negara-negara penghasil minyak, atau membelinya dari kawasan-kawasan sampah
plastik di dalam negeri. Caranya sudah tidak sulit kok!
Tetapi
kalau pengusaha domestik harus menjual hasilnya ke pasar dengan harga subsidi,
sudah pasti akan berat! Mesin-mesin itu semua diadakan dengan pertimbangan
harga minyak di pasar internasional yang terus semakin mahal.
Limbah Perikanan
Di
lain pihak, sampah pasar adalah sumber potensi yang sangat bernilai bagi
perikanan rakyat. Seorang teman pernah menghasilkan belatung dari sampah yang
diolah secara sederhana untuk mengganti sumber protein bagi pakan ikan-ikan
konsumsi.
Harap
maklum perikanan rakyat belakangan ini agak megap-megap, menyusul kenaikan
harga terus menerus pakan ikan atau pellet yang diproduksi oleh produsen-produsen
asing di sini.
Di
pasar tradisonal masih banyak sumber-sumber pakan yang bisa dikumpulkan, mulai
dari sayuran-sayuran yang terbuang, limbah daging sapi atau ayam, ikan asin
yang terbuang dan seterusnya. Semua itu adalah resources penting bagi perikanan
yang masih ada nilainya.
Sampah Perumahan
Yang
sedikit butuh kerja keras adalah bagaimana menggerakkan roda-roda bisnis sampah
perumahan. Ini sebenarnya biasa saja seperti orang yang membuka restoran, yaitu
harus ada orang yang rela membangun kepercayaan.
Ibarat
membangun restoran, maka setahun-dua tahun bisa saja anda belum menangguk
untung. Namun karena dikerjakan oleh orang-orang yang biasa memperoleh gaji
tetap, bisnis ini seringkali ditinggalkan justru sebelum menjadi “bisnis” yang
profitable.
Masalahnya,
di daerah perumahan tak semua orang mau membayar agar sampahnya diolah. Belum
lagi resistensi dari pihak tertentu yang mengetahui sampahnya diolah di dekat
rumah mereka sendiri.
Jadi
semua itu butuh upaya ekstra. Butuh proses untuk membangun platform network,
membangun cashflow dan yang terpenting memanjangkan asa. Nanti kalau sudah
berjalan, bisnis yang dimodali Rp 100 juta-Rp 200 juta rupiah ini pasti akan
menjadi perhatian publik, dan semua yang dikumpulkan akan mendatangkan uang.
Sumber
penghasilannya mulai dari kompos, energi biomassa, plastic recycle, pakan
perikanan, dan seterusnya, di samping upah pungut sampah dari perumahan.
Gagasan-gagasan baru pun akan bermunculan, dan komunitas-komunitas yang lebih
luas akan berdatangan kepada anda meminta agar anda menangani sampah di
komunitas mereka.
Di penghujung tahun 2013 ini
hendaknya kita menyadari, bahwa pada tahun 2008 bangsa ini telah
mengudang-undangkan tentang Pegolahan Sampah (UU No 18/2008). Setelah itu, pada
tahun 2010, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Perpu No 33/2010 tentang Pedoman
Pengolahan Sampah.
Keduanya,
mengatur tentang bagaimana “Serangan Sampah” harus diatasi dengan cara-cara
baru di seluruh pelosok tanah air. Sayangnya, 5 tahun setelah UU itu
diberlakukan, hampir semua pemerintah daerah terlihat cuek saja. Padahal di
balik musibah ini ada peluang bisnis yang besar.
Dan
kalau pemerintah kota/ kabupaten diam saja, Anda pun bisa bergerak cepat
mengambil kesempatan sebelum kita semua frustasi.
BAB
3
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan
Banyak sekali sesuatu di sekitar
kita yang bisa kita jadikan lahan bisnis. Contohnya saja sampah, dari barang
yang kebanyakan orang bilang sudah tidak dipakai, bagi sebagian orang bahkan
menjadi lahan penghasil uang. Jadi apapun bisa dijadikan bisnis asalkan kita
bisa memahami kebutuhan pasar.
Saran
Jika anda berwirausaha, perhatikan
dengan jelas kebutuhan masyarakat / pasar. Salah-salah usaha anda tidak akan
jalan dan anda akan rugi. Berwirausaha dibutukan tekat yang kuat dan
pengetahuan yang matang akan pasar. Jangan pernah menyerah dalam berwirausaha,
sabar dan selalu belajar akan sangat membantu anda dalam karir berwirausaha.
DAFTAR
PUSTAKA