Jumat, 29 November 2013

Mengubah Artikel Menjadi Makalah

MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA


OLEH
RAZI HANDOYO
NPM: 15111924


JURUSAN SISTEM INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA 2013


KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah swt, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai mengubah artikel menjadi makalah.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya  mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Depok, 29 November 2013

Penulis



DAFTAR ISI


Cover…………………………………………………………………………………………………………………….i

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………..ii

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………iii

BAB 1: Pendahuluan……………………………………………………………………………………………..1

BAB 2: Pembahasan……………………………………………………………………………………………..2

BAB 3: Kesimpulan dan Saran……………………………………………………………………………….7

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………8


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan kita tidak terlepas dari adanya bisnis, bisnis adalah kegiatan manusia untuk mendapatkan uang. Bisnis bisa berupa barang maupun jasa. Seorang pebisnis biasanya adalah orang yang sangat jeli melihat peluang yang ada. banyak sekali disekeliling kita yang bisa dijadikan lahan bisnis, misalnya saja sampah. Dari sampah saja kita bisa mendapatkan keuntungan, nah di makalah ini penulis akan menjelaskan peluang bisnis dari sampah-sampah tersebut. Manfaat yang anda peroleh dari makalah ini adalah pemikiran anda akan terbuka mengenai bisnis dan anda dengan tekat yang kuat anda akan tertarik untuk berwirausaha.
1.2 Rumusan Masalah
1.    Apakah itu wirausaha?
2.    Apa saja jenis-jenis sampah?
3.    Apakah sampah bisa dijadikan bisnis?
1.3 Tujuan Penulisan
1.    Menjelaskan apa itu wirausaha.
2.    Menjelaskan jenis-jenis sampah.
3.    Menjelaskan sampah bisa dijadikan bisnis.

  
BAB 2
PEMBAHASAN
KOMPAS.com - Kewirausahaan pada dasarnya adalah kegiatan perubahan. Dan perubahan dengan basis kewirausahaan berawal dari pandangan bahwa setiap masalah adalah peluang.
      Jadi kalau Anda suka dengan perubahan, cobalah melakukannya dengan memecahkan masalah sampah di lokasi Anda tinggal. Semua masalah perubahan ada di sana: Ya kebiasaan, masalah sosial, mindset, resistensi warga, permainan oknum aparat pemda, keterlibatan agen-agen perubahan, sampai pengorbanan, biaya dan kreativitas untuk menjadikannya peluang usaha.
      Jadi ini bukan hanya masalah gubernur DKI yang lagi mumet mengatasi banjir dan kemacetan lalu lintas di DKI. Ini masalah semua orang lain dari Pelabuhan Malahayati di Banda Aceh,Sinabang di Pulau Siemeleu, Danau Toba, Pantai Kuta, Banjarmasin, Danau Jikumerasa di Pulau Buru sampai Manado dan Merauke. Semua kota, danau dan sungai-sungai itu telah tercemar oleh sampah. Dan yang terbanyak adalah botol plastik AMDK dan sachet shampoo.
      Bila dulu 80 persen sampah adalah organik, kini sebaliknya, 80 persen sampah adalah plastik dan kemasan anorganik yang sulit diurai oleh tanah. Padahal semua itu adalah biomas, bahan bakar yang bisa dipakai buat menggerakkan PLTU, dan tungku-tungku api di berbagai pabrik yang kalorinya hanya berbeda 10-20 persen dari batubara.
Sampah Pasar
      Harus diakui metode penanganan sampah kita tak ada kemajuan sejak 40 tahun yang lalu meski UU pengolahan sampah sudah harus dijalankan. Sejak 40 tahun yang silam, semua pemda hanya fokus menyangkut sampah dari pasar, yaitu pasar tradisional ke TPA yang terbuka.
      Ya, hanya di pasar becek itulah kita menemukan bak besar penanganan sampah. Itupun hanya satu-dua buah bak sampah. Warga masyarakat yang tak punya tempat pembuangan pun mengorganisir diri. Membayar lewat RT/RW yang lalu mencari orang yang biasa mengangkut dengan gerobak dorong. Di sana Pemda absen, atau membiarkannya menjadi obyekan para oknum.
      Sampah-sampah itu dibuang ke dalam bak semen yang terletak di bagian luar rumah, lalu petugas menyeroknya dengan menggunakan garpu besar dan pacul. Karena bingung, maka mereka pun mencari lahan-lahan kosong yang bisa dijadikan area pembuangan. Biasanya di tepi kali. Kalau hujan turun, sampah pun hanyut, lalu menumpuk di muara (Jakarta). Sebab kalau membuang di bak pasar, mereka dikenakan ongkos oleh mantri pasar.
      Di pasar sendiri, daya tampungnya semakin hari semakin tak memadai. Ratusan orang bersepeda motor, setiap hari membuang satu-dua kantong plastik berisi sampah dari kampung-kampung yang tak mempunyai sistem pengangkutan sampah.
      Jadi 700 truk angkut sampah di DKI itu adalah pengangkut sampah pasar saja. Lantas siapa yang mengani sampah di wilayah perumahan?
      Ketua RT/RW yang cerdik pun mencari akal mendekati mobil-mobil dinas kebersihan milik pemda. Mereka melakukan deal. Keputusannya, sampah diangkut setiap hari.
      Masalahnya, sekarang jalan-jalan semakin macet. Jam untuk perjalanan truk keluar-masuk dalam kota kini dibatasi. Di TPA pun truk-truk sampah harus antri, macet. Akibatnya truk-truk itu semakin lamban beroprasi dan sampah di daerah perumahan semakin tak terurus. Dari tiga rit zaman dulu, kini truk-truk sampah hanya bisa mengangkut satu rit sampah sehari.
      Tapi tahukah anda, masih ada satu masalah lagi: bak semen. Ini bak sampah yang ada di depan rumah-rumah kita. Bak itu tak bisa diangkat seperti layaknya bak-bak pelastik. Jadi perlu waktu untuk memindahkannya ke dalam truk.
      Seorang teman pernah berhitung. Ternyata perlu waktu 6 menit untuk mengorek habis sampahnya dan diangkut. Jadi dengan perjalanan keliling perumahan, dalam 1 Jam, paling banyak hanya sampah dari 10 buah rumah yang bisa diangkut. Kalau petugas beroperasi 4 jam, artinya hanya separuh RT (40 KK) yang sampahnya bisa diangkut. Sekarang anda mengerti bukan, mengapa sampah-sampah anda hanya diangkat seminggu sekali.
      Dan kalau satu rumah membayar Rp 30.000 (sebulan) untuk biaya kebersihan, berarti untuk satu RT (80 KK) hanya didapat Rp 2,4 juta sebulan atau Rp 80.000 per hari. Ini jelas tak menarik bagi petugas yang ngobyek atau bisnis angkutan yang menggunakan truk. Kalau satu RW saja ada 800 warga, berarti didapat Rp 24 juta. Itupun 10 persen warga biasanya tak mau membayar. Namun kalau perumahan kelas menengah, biasanya bersedia membayar lebih.
      Nah ongkos sewa truk saja sebulan bisa mencapai Rp 10 juta, belum termasuk biaya bensin, upah buruh, dan ongkos buang. Itupun tidak bisa setiap hari diangkut. Jadi bayangkanlah, apa yang akan dilakukan masyarakat selain membuang sampahnya ke tanah-tanah kosong di tepi-tepi kali?
Bisnis Sampah
      Sekitar sepuluh tahun yang lalu Rumah Perubahan pernah menaruh perhatian yang serius terhadap masalah sampah. Kami memperkenalkan wirausaha-wirausaha baru yang mengolah sampah lingkungan. Salah satunya berhasil membuat mesin pencacah skala satu kelurahan.
      Tetapi masalahnya, diperlukan change management yang kuat untuk menjalankannya. Namun sebagian pengusaha cenderung tak berani melakukannya. Mereka hanya melakukan business as usual.
      Jadi, pertama, harus ada keinginan dari warga agar sampahnya diurus orang lain, namun mereka harus rela membayar biayanya.
      Kedua, bak-bak semen harus diganti dengan ember-ember plastik besar dengan cara lima – enam rumah memakai satu bak sampah besar. Ketiga, sampah-sampah itu diangkut dengan baktor yang biaya angkutnya murah dan bisa menembus kampung,
      Keempat, harus ada sepetak tanah ukuran sekitar 100 meter persegi yang dialokasikan untuk mengolah sampah masyarakat untuk mencacah dan memilah.
Dan kelima harus ada wirausaha yang mau mengotori tangan menjalankan bisnis ini.
Nah, dimana Change-nya?
      Begini. Saat program dimulai Anda akan bertemu banyak hambatan. Ada warga yang tak mau membayar, lebih senang membuang secara cuma-cuma daripada diurus orang lain. Ada banyak orang yang tak ingin bak semennya diganti, dan kalau diganti bak plastik, mereka tak ingin bak itu ditaruh di depan rumah mereka.
      Anda mungkin akan menemukan bak-bak itu hilang digotong orang, atau sampah dan bak plastiknya dibakar orang-orang tertentu. Ketika kucing atau pemulung mengorek-ngorek sampah dan berceceran di luar bak, mereka yang depan rumahnya dijadikan tempat peletakkan bak plastik bersma a mudah tersinggung dan minta agar bak itu dipindahkan. Setelah itu Anda akan bertemu dengan ketua-ketua RT yang minta bagian uang sampah, bahkan mereka minta hak untuk mengumpulkannya, tetapi seringkali menunggak penyerahannya kepada Anda.
      Ini baru sedikit masalah. Setelah itu Anda akan diprotes warga yang tinggal di dekat tempat pengolahan sampah. Mereka akan mengatakan “Sampah ini bau” dan mengganggu keluarga mereka. Mereka juga menuding, air tanahnya tercemar. Di tambah lagi, akan datang aparat dari kecamatan atau kotamadya yang mempersoalkan “izin pengelolaan sampah” yang tak pernah Anda ketahui.
      Tapi jangan berkecil hati. Semua itu ada solusinya. Saya sendiri sudah menjalakannya dan melewati masa-masa yang lebih sulit dari yang bisa diceritakan. Dan jangan lupa, di balik itu semua ada peluang bisnis yang besar. Bau yang menyengat pun tak terjadi. Semua bisa diatasi asal anda tekun.
      Baru-baru ini Rumah Perubahan kedatangan direksi dan manajemen PD Pasar Jaya. Dari pertemuan itu saya mendengar, setiap hari Pasar Jaya menghasilkan ratusan ton sampah dan setiap meter kubiknya dipungut bayaran yang terus meningkat. Saat ini biaya angkutnya sudah Rp. 40.000 ,- per meter kubik, padahal dua tahun lalu masih Rp. 5.000,-.
      Bisnis angkat sampah sendiri telah tumbuh menjadi usaha yang amat besar. Namun Pasar Jaya punya peluang besar untuk menghemat. Kalau di lokasi pembuangan disediakan mesin pencacah, maka kubikasinya pun akan jauh berkurang. Apalagi bila sampah itu disaring, dan dipisahkan antara organik dan plastik.
      Bila sampah anorganik tak mau diolah lagi, sampah itu bisa dipres menjadi batangan-batangan sebesar batu bata yang bisa diperdagangkan kepada industri-industri yang butuh bahan bakar dalam jumlah besar.
      Gerakan-gerakan untuk mengubah sampah plastik menjadi lahan bisnis belakangan muncul di berbagai penjuru dunia. Di Washington, misalnya, pada tahun 2009 didirikan Envion, dengan nilai investasi 5 juta dolar. Envion setiap tahun mengonversi 6.000 ton sampah plastik menjadi sejuta barel cairan setara minyak bumi yang siap digunakan sebagai pencampur BBM.
      Di Kanada, JBI juga didirikan dengan plastic2oil (P2O) technology. Mereka mengklaim usaha konversi sampah plastik itu sebagai usaha yang ultra clean, low sulphur fuel, sehingga tidak memerlukan pengolahan, pengilangan atau pembersihan plastik yang belum tersortir.
      Di India, seorang anak sekolah juga telah berhasil membuat alat sederhana untuk mengubah sampah plastik menjadi BBM. Hanya saja keekonomiannya belum didapatkan. Masih dibutuhkan skala usaha besar untuk menghasilkan kegiatan ekonomi itu.
      Di Filipina, kesadaran untuk bertempur melawan wabah sampah plastik telah mendorong para insinyur menemukan cara baru untuk mengatasinya. Jayme Navarro, penemu itu bahkan telah mengkomersialkannya dan mendapat sambutan yang besar.
      Dari Jepang, sebuah video belum lama ini dikeluarkan oleh United Nations University tentang temuan yang telah berhasil dilakukan insinyur-insinyur Jepang. Hanya saja basisnya adalah plastik-palstik bersih yang telah disortir.
      Harga mesinnya yang berkapasitas kecil hanya Rp 130 juta, sedangkan yang besar Rp. 1,7 miliar. Temuan serupa juga telah dilakukan di Taiwan. Tentu saja semua ini membutuhkan support dari pemerintah, apakah ingin terus mensubsidi negara-negara penghasil minyak, atau membelinya dari kawasan-kawasan sampah plastik di dalam negeri. Caranya sudah tidak sulit kok!
      Tetapi kalau pengusaha domestik harus menjual hasilnya ke pasar dengan harga subsidi, sudah pasti akan berat! Mesin-mesin itu semua diadakan dengan pertimbangan harga minyak di pasar internasional yang terus semakin mahal.
Limbah Perikanan
      Di lain pihak, sampah pasar adalah sumber potensi yang sangat bernilai bagi perikanan rakyat. Seorang teman pernah menghasilkan belatung dari sampah yang diolah secara sederhana untuk mengganti sumber protein bagi pakan ikan-ikan konsumsi.
      Harap maklum perikanan rakyat belakangan ini agak megap-megap, menyusul kenaikan harga terus menerus pakan ikan atau pellet yang diproduksi oleh produsen-produsen asing di sini.
      Di pasar tradisonal masih banyak sumber-sumber pakan yang bisa dikumpulkan, mulai dari sayuran-sayuran yang terbuang, limbah daging sapi atau ayam, ikan asin yang terbuang dan seterusnya. Semua itu adalah resources penting bagi perikanan yang masih ada nilainya.
Sampah Perumahan
      Yang sedikit butuh kerja keras adalah bagaimana menggerakkan roda-roda bisnis sampah perumahan. Ini sebenarnya biasa saja seperti orang yang membuka restoran, yaitu harus ada orang yang rela membangun kepercayaan.
      Ibarat membangun restoran, maka setahun-dua tahun bisa saja anda belum menangguk untung. Namun karena dikerjakan oleh orang-orang yang biasa memperoleh gaji tetap, bisnis ini seringkali ditinggalkan justru sebelum menjadi “bisnis” yang profitable.
      Masalahnya, di daerah perumahan tak semua orang mau membayar agar sampahnya diolah. Belum lagi resistensi dari pihak tertentu yang mengetahui sampahnya diolah di dekat rumah mereka sendiri.
      Jadi semua itu butuh upaya ekstra. Butuh proses untuk membangun platform network, membangun cashflow dan yang terpenting memanjangkan asa. Nanti kalau sudah berjalan, bisnis yang dimodali Rp 100 juta-Rp 200 juta rupiah ini pasti akan menjadi perhatian publik, dan semua yang dikumpulkan akan mendatangkan uang.
      Sumber penghasilannya mulai dari kompos, energi biomassa, plastic recycle, pakan perikanan, dan seterusnya, di samping upah pungut sampah dari perumahan. Gagasan-gagasan baru pun akan bermunculan, dan komunitas-komunitas yang lebih luas akan berdatangan kepada anda meminta agar anda menangani sampah di komunitas mereka.
Di penghujung tahun 2013 ini hendaknya kita menyadari, bahwa pada tahun 2008 bangsa ini telah mengudang-undangkan tentang Pegolahan Sampah (UU No 18/2008). Setelah itu, pada tahun 2010, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Perpu No 33/2010 tentang Pedoman Pengolahan Sampah.
      Keduanya, mengatur tentang bagaimana “Serangan Sampah” harus diatasi dengan cara-cara baru di seluruh pelosok tanah air. Sayangnya, 5 tahun setelah UU itu diberlakukan, hampir semua pemerintah daerah terlihat cuek saja. Padahal di balik musibah ini ada peluang bisnis yang besar.
      Dan kalau pemerintah kota/ kabupaten diam saja, Anda pun bisa bergerak cepat mengambil kesempatan sebelum kita semua frustasi.


BAB 3
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Banyak sekali sesuatu di sekitar kita yang bisa kita jadikan lahan bisnis. Contohnya saja sampah, dari barang yang kebanyakan orang bilang sudah tidak dipakai, bagi sebagian orang bahkan menjadi lahan penghasil uang. Jadi apapun bisa dijadikan bisnis asalkan kita bisa memahami kebutuhan pasar.

Saran
Jika anda berwirausaha, perhatikan dengan jelas kebutuhan masyarakat / pasar. Salah-salah usaha anda tidak akan jalan dan anda akan rugi. Berwirausaha dibutukan tekat yang kuat dan pengetahuan yang matang akan pasar. Jangan pernah menyerah dalam berwirausaha, sabar dan selalu belajar akan sangat membantu anda dalam karir berwirausaha.


DAFTAR PUSTAKA

Jumat, 22 November 2013

Resensi Artikel

Data Publikasi
a.       Judul Artikel        : Mengubah Sampah Menjadi Lahan Usaha
b.      Penulis                 : Rhenaldi Kasali
c.       Penerbit              : Kompas.com
d.      Tanggal Terbit    : 16 November 2013
e.      No Halaman        : -
f.        Tema                   : Bisnis
Ringkasan:
Kewirausahaan pada dasarnya adalah kegiatan perubahan. Dan perubahan dengan basis kewirausahaan berawal dari pandangan bahwa setiap masalah adalah peluang.
Jadi kalau Anda suka dengan perubahan, cobalah melakukannya dengan memecahkan masalah sampah di lokasi Anda tinggal. Semua masalah perubahan ada di sana: Ya kebiasaan, masalah sosial, mindset, resistensi warga, permainan oknum aparat pemda, keterlibatan agen-agen perubahan, sampai pengorbanan, biaya dan kreativitas untuk menjadikannya peluang usaha.
Bila dulu 80 persen sampah adalah organik, kini sebaliknya, 80 persen sampah adalah plastik dan kemasan anorganik yang sulit diurai oleh tanah. Padahal semua itu adalah biomas, bahan bakar yang bisa dipakai buat menggerakkan PLTU, dan tungku-tungku api di berbagai pabrik yang kalorinya hanya berbeda 10-20 persen dari batubara.
Bisnis Sampah
Sekitar sepuluh tahun yang lalu Rumah Perubahan pernah menaruh perhatian yang serius terhadap masalah sampah. Kami memperkenalkan wirausaha-wirausaha baru yang mengolah sampah lingkungan. Salah satunya berhasil membuat mesin pencacah skala satu kelurahan.
Tetapi masalahnya, diperlukan change management yang kuat untuk menjalankannya. Namun sebagian pengusaha cenderung tak berani melakukannya. Mereka hanya melakukan business as usual.
Jadi, pertama, harus ada keinginan dari warga agar sampahnya diurus orang lain, namun mereka harus rela membayar biayanya.
Kedua, bak-bak semen harus diganti dengan ember-ember plastik besar dengan cara lima – enam rumah memakai satu bak sampah besar. Ketiga, sampah-sampah itu diangkut dengan baktor yang biaya angkutnya murah dan bisa menembus kampung,
Keempat, harus ada sepetak tanah ukuran sekitar 100 meter persegi yang dialokasikan untuk mengolah sampah masyarakat untuk mencacah dan memilah.
Dan kelima harus ada wirausaha yang mau mengotori tangan menjalankan bisnis ini.
Nah, dimana Change-nya?
Begini. Saat program dimulai Anda akan bertemu banyak hambatan. Ada warga yang tak mau membayar, lebih senang membuang secara cuma-cuma daripada diurus orang lain. Ada banyak orang yang tak ingin bak semennya diganti, dan kalau diganti bak plastik, mereka tak ingin bak itu ditaruh di depan rumah mereka.
Anda mungkin akan menemukan bak-bak itu hilang digotong orang, atau sampah dan bak plastiknya dibakar orang-orang tertentu. Ketika kucing atau pemulung mengorek-ngorek sampah dan berceceran di luar bak, mereka yang depan rumahnya dijadikan tempat peletakkan bak plastik bersma a mudah tersinggung dan minta agar bak itu dipindahkan. Setelah itu Anda akan bertemu dengan ketua-ketua RT yang minta bagian uang sampah, bahkan mereka minta hak untuk mengumpulkannya, tetapi seringkali menunggak penyerahannya kepada Anda.
Ini baru sedikit masalah. Setelah itu Anda akan diprotes warga yang tinggal di dekat tempat pengolahan sampah. Mereka akan mengatakan “Sampah ini bau” dan mengganggu keluarga mereka. Mereka juga menuding, air tanahnya tercemar. Di tambah lagi, akan datang aparat dari kecamatan atau kotamadya yang mempersoalkan “izin pengelolaan sampah” yang tak pernah Anda ketahui.
Tapi jangan berkecil hati. Semua itu ada solusinya. Saya sendiri sudah menjalakannya dan melewati masa-masa yang lebih sulit dari yang bisa diceritakan. Dan jangan lupa, di balik itu semua ada peluang bisnis yang besar. Bau yang menyengat pun tak terjadi. Semua bisa diatasi asal anda tekun.
Seperti apa peluangnya, nanti saya lanjutkan.

Keunggulan
Pada artikel ini penulisannya mudah dimengerti untuk pembaca, dan artikel ini sangat mengispirasi / memotivasi pembaca untuk dapat berkembang dan berusaha mencari peluang untuk mejadi wirausahawan.

Kelemahan
Artikel ini belum selesai sepenuhnya dan itu membuat pembaca menjadi sedikit kecewa.

Saran
Sebaiknya jika ingin membuat artikel, buatlah artikel yang sudah lengkap / selesai.

Sumber Artikel