1. Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat
dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif
yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif
yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu
pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini
terhadap pilihan.
Definisi Pengambilan Keputusan Menurut Para Ahli:
-
Menurut George R. Terry pengambilan keputusan
adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih
alternatif yang ada.
-
Menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang
dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan
yang paling cepat.
-
Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan
adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara
pemecahan masalah.
Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan
suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik
tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
2. Jenis-jenis Keputusan Organisasi
Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu :
A.
Pengambilan keputusan terprogram :
Keputusan yang
diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara
berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan
yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan
orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana
dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram
misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir
Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
Jenis pengambilan keputusan
ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat
diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi
seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau
menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang
terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan
dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya
hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan
otomatik.
Dalam kebanyakan organisasi
terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan pengambilan keputusan
terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaan
standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan keputusan yang
terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-tugas yang lebih
penting.
B.
Pengambilan keputusan tidak terprogram:
Keputusan yang tidak diprogram
adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu
masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya
sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak
terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode
untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan
tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram
memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi
dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk
keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang
tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang
jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono,
1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah
keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk
menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum
dikembangkan.
Keputusan tidak terprogram menunjukkan proses yang berhubungan dengan
masalah-masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis
ini meliputi proses- proses pengambilan keputusan untuk menjawab
masalah-masalah yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya
bersifat kompleks, hanya sedikit parameter'parameter yang diketahui dan
kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab
m'asalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan,
ditambah dengan bantuan sistem infofmasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
keputusan tidak terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas-fasilitas pabrik,
pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan-
kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh
masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram.
Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan,
pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi
lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi
konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara
langsung kepada mutu informasi yang
mendasari tugas ini.
Pandangan terhadap pengambilan
keputusan adalah bahwa proses ini merupakan proses penggunaan informasi yang
rasional, bukan proses yang emosional, Dalam hal ini, kesukaran-kesukaran dalam
pengambilan keputusan dapat dikaitkan kepada:
-
Informasi yang tidak cukup dan
-
Maksud dan tujuan yang tidak dispesifikasikan
secara jelas. [3]
Pengambil keputusan mempunyai
suatu cara untuk dapat memahami informasi yang menentukan efisiensi pengolahan
informasinya. Pengetahuan seseorang yang lalu digabungkan dengan kecakapannya
mengolah informasi akan menentukan kesanggupannya untuk mengambil keputusan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan
Keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
sebagai berikut :
A.
Kondisi/kedudukan.
Dalam kerangka pengambilan
keputusan, posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat dalam hal berikut:
-
Letak posisi; dalam hal ini apakah is sebagai
pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah
staf (staffer).
-
Tingkatan posisi; dalam hal ini apakah sebagai
strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional, teknis.
B.
Masalah
Masalah atau problem adalah apa
yang menjadi peng-halang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan
daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus
diselesaikan.
C.
Situasi
Situasi adalah keseluruhan
faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan yang secara
bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita
perbuat. Faktor-faktor itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut :
-
Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor
yang sifatnya tidak berubah-ubah atau tetap keadaanya.
-
Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel
(V), yaitu faktor-faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap
keadaannya.
D.
Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari
faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya ber-buat
atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber
daya-sumber daya.
E. Tujuan.
Tujuan yang hendak dicapai, baik
tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan
usaha, pada umumnya telah tertentu/ telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan
dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objective.
Daftar Pustaka: